Selasa, 07 April 2015

MATERI CAVING


BAB I
SPELEOLOGI
A.    Penertin Speologi
Speleologi adalah ilmu mempelajari goa-goa. Berasal dari bahasa Yunani, SPELAION = Goa dan LOGOS = Ilmu. Namun karena goa merupakan suatu bentukan alam tidak berdiri sendiri dan dipengaruhi oleh faktor struktur alam melingkupinya, maka speleologi adalah ilmu mempelajari goa dan lingkungannya.
Ilmu terkait dengan Speleologi :
1.      Geologi : Speleogenesis, Hidrogeologi, Struktur Geologi.
2.      Geografi : Morfologi karst, Hidrologi permukaan.
3.      Arkeologi : Penelitian Fosil, Prasejarah.
4.      Biologi : Biospeleologi, Palinologi.
5.      Kehutanan : Covered Karst, Hutan Kawasan karst
6.      Pertanian : Pertanian karst, Irigasi tetes, Vertikultur.
7.      Pariwisata : Wisata umum, Wisata minat khusus, Ekosistem.
8.      Teknik sipil : Pemetaan goa, Konstruksi bangunan di kawasan karst.
9.      Sosial, Ekonomi, Budaya, kesenian.

Kegiatan Alam bebas dalam Speleologi:
1.      Mountainering : Tracking, packing, Peta Kompas.
2.      Panjat Tebing : Climbing in the dark, Rigging.
3.      Arung jeram : Black water rafting, canoing Swimming, Diving
4.      Gantole, Paragliding : Pelacakan mulut goa/luweng dari udara
5.      Canoeing : Rapling di air terjun
6.      Vertikal rescue : Self rescue,

 Jenis gua:
a.       Gua Lava : terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda (endapan lahar) dan tidak memiliki ornamen batuan khas
b.      Gua Litoral : sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi)
c.       Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena bentukan gua terbesar (70 % dari seluruh gua di seluruh dunia). Terbentuk akibat peristiwa karst (pelarutan batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan batuan sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping. Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia adalah terbesar di dunia.
d.      Gua pasir, gua batu halit, gua es, dsb : adalah bentukan gua sangat jarang dijumpai di dunia. Hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah gua di dunia.

Bentuk Gua
a.       Gua Horisontal
Gua bentukan lorongnya relative mendatar, dalam artian dapat ditelusuri dengan teknik horizontal cave seperti crawling, squeezing, dsb.
b.      Gua Vertikal
Gua dengan entrance / mulut gua berbentuk tegak, sehingga dalam penelusurannya diperlukan alat Bantu.
c.       Gua bawah air
Gua sebagian lorongnya dipenuhi air, sehingga dalam penelusurannya diperlukan alat diving (selam)
d.      Gua merupakan gabungan dari dua atau tiga macam gua di atas

B.     Teknik penelusuran gua
1.      Medan Horizontal
Medan gua horizontal sangat bervariasi, mulai pada lorong – lorong dapat dengan mudah ditelusuri, sampai lorong membutuhkan teknik khusus untuk dapat melewatinya.
a.       Lumpur
Lorong berlumpur dapat dengan mudah kalau lumpur tersebut tidak terlalu tebal. Jika setinggi lutut bahkan sampai perut, untuk melewatinya kita bergerak dengan posisi seperti berenang, agar mudah bergerak dan hemat tenaga.
b.      Air
Untuk kondisi gua berair, terutama untuk gua belum pernah dimasuki kita tidak mengetahui kedalaman air dan kondisi bawah air, untuk itu kita harus mengetahui kedalaman dan kondisi bawah air, untuk itu kita harus mengetahui prosedur dan mempunyai fasilitas pendukung.
Syarat utama untuk melewati lorong berair adalah harus bisa berenang. Tetapi dengan kondisi lorong serba terbatas, teknik berenang dalam gua berbeda dengan berenang di luar gua. Karena di sini kita memakai pakaian lengkap, sepatu boot bahkan mungkin membawa beban cukup berat.
Pembagian team juga harus disesuaikan. Leader tidak boleh membawa beban berat, karena membuat lintasan dan mempelajari kondisi medan. Dalam kondisi tertentu kita menggunakan pelampung bahkan perahu karet terutama untuk lorong panjang dan berair dalam.
Ada juga lorong hampir semua dipenuhi air dan hanya ada sedikit ruangan tersisa. Untuk melewatinya kita harus melakukan Ducking (menengadah).
Berbagai macam teknik penelusuran gua horizontal (TPGH):
a.       Duck Walking yaitu jalan jongkok dengan satu tangan dijulurkan ke depan.
b.      Crawling yaitu bayi merangkak
c.       Belly crawling yaitu merangkak,seluruh badan menempel ke tanah
d.      Crouching yaitu jalan jongkok.
e.       Squeezing yaitu merayap dengan lorong sempit
f.       Bear Walking yaitu mirip posisi merangkak hanya saja posisi kaki lurus

2.      Medan Vertikal
Dalam penelusuran gua terkadang kita menjumpai lorong terletak di atas kita. Atau bahkan entrance / mulut gua berupa sumuran. Untuk dapat meneruskan penelusuran kita perlu menggunakan teknik-teknik Climbing. Seperti penggunaan pengaman sisip dan bor tebing untuk membuat lintasan. membuat lintasan adalah Leader / Rigging man kemudian anggota lain melewatinya dengan menggunakan SRT. Untuk melakukan free climbing dilakukan pada kondisi medan seperti ;
a.       Aliran air deras dan kita tidak mengetahui kedalamannya
b.      Gua berbentuk celah dan menyempit pada bagian dasarnya (crack)
c.       Sungai besar atau danau dalam
d.      Pemasangan lintasan pada air terjun
e.       Melewati Calcite Floor

Ornamen – Ornamen dalam gua :
1.      Stalagtit dan stalagmit : disebut juga batu tetes. Stalakmit merupakan batu tetes tergantung pada langit-langit gua sedangkan stalagmit adalah hasil dari tetesan ytang
berada di lantai gua.
2.      Rimestone pool / Gourdam : Merupakan bentuk kolam bertingkat – tingkat. Terbentuk karena pengendapan kalsit di lantai gua pada aliran air tenang selama terus menerus.
3.      Helictites dan Heligmite : Ornamen bercabang – cabang. Proses pembentukannya dipengaruhi oleh angin dan tekanan udara dalam gua.
4.      Pilar : Penyatuan antara stalaktit dan stalagmite
5.      Canopy : ornamen berbentuk melebar menjari mirip potongan payung. Terbentuk pada dinding gua karena adanya tonjolan .
6.      Calcite Floor : Terbentuk karena genangan air mengandung larutan kalsium karbonat kemudian menguap, sehingfa kalsium tesebut terkristalkan dan membentuk lantai kalsit.
7.      Mutiara gua : terbentuk dari pengkristalan larutan kalsium karbonat, berbentuk seperti mutiara berwarna putih agak bening.
8.      Draperies : Terbentuk karena endapan kalsium karbonat dari aliran air pada sudut antara atap dan dinding gua.
9.      Soda Straw : Seperti stalaktit (tergantung pada atap gua), tetapi lebih kecil dan biasanya berkelompok.
10.  Flowstone : batuan ada aliran air. Sehingga ada endapan kalsium karbonat membentuk aliran air.

C.    Perlengkapan dan Peralatan penelusur gua :

1.        Perlengkapan Standar pribadi penelusur gua :
a.         Alat penerangan : elektrik (head lamp, senter), karbite, lilin
b.         Helm Caving
c.         Cover all / Wearpack
d.        Sepatu boot
e.         Day pack / dry bag / tackle bag

2.      Perlengkapan kelompok :
a.       Logistik / makanan
b.      Peralatan masak
c.       Peralatan PPGD
d.      Dokumentasi.

BAB II
MANAJEMEN PENELUSURAN GUA
A.    Pengertin
Manajemen penelusuran gua adalah perencanaan kegiatan penelusuran gua baik jangka panjang ataupun pendek.
Hal – hal Harus Diperhatikan Sebelum Penelusuran
1.         Mempelajari Lingkungan Lokasi Goa
2.         Mengumpulkan Informasi Lisan keadaan Lingkungan Goa
3.         Perijinan
4.         Transportasi
5.         Jumlah personel
6.         Keuangan dan Waktu Dibutuhkan
7.         Peralatan dan Perlengkapan
8.         Konsumsi.
9.         Keharusan Mutlak Penelusuran
a.       Meninggalkan pesan kepada di kantor/sekretariatan berisikan
1)      Lokasi goa dan kondisi goa.
2)      Jumlah personel akan berangkat
3)      Lama penelusuran, kapan berangkat dan kapan akan pulang.
b.      Melaporkan kepada Lurah/dukuh ataupun juru kunci goa
Hal-Hal perlu diperhatikan Dalam Pelaksanaan
1)      Pembagian Kerja Dalam penelusuran
2)      Packing Peralatan
3)      Packing Perlengkapan
4)      Konsumsi
5)      Teknis Penelusuran

B.     Jenis dan Tujuan kegiatan Penelusuran Goa
Pembagian tugas dan wewenang dalam Penelusuran dibagi sesuai dengan jenis dan Tujuan kegiatan penelusuran, yaitu :
1.      Penelusuran biasa
a.    Rigging, Leader
b.    Transport barang
c.    Cleaning
2.      Pemetaan Goa
a.    Rigging
b.    Leader
c.    Mapping
1)      Leader: Sebagai surveyor
2)      Shooter : kompas, klino, meteran
3)      Stasioner : ujung meteran
4)      Pencatat data
5)      Deskriptioner
d.   Cleaning
3.      Fotografi Goa
a.       Rigging, Leader
b.      Fotografer
c.       Pemegang blitz
d.      Cleaning
4.      Penelitian Goa
Pembagian tugas dalam kegiatan penelitian, tergantung akan jenis penelitiannya.
1)      Rigging, Leader
2)      Pembagian sampel
3)      Cleaning

Hal-Hal Harus Diperhatikan Sesudah Penelusuran\
1.      Checking Peralatan
2.      Perawatan Peralatan
3.      Evaluasi Kegiatan
4.      Pebuatan laporan kegiatan

C.    Bahaya-Bahaya Penelusuran Goa
Bahaya penelusuran goa dibagi dalam dua faktor, yaitu bahaya bagi penelusurannya dan bagi goa itu sendiri. (Antroposentris dan Speleosentris)

1.      Antroposentris
Bahaya diakibatkan kecerobohan atau kealfaan penelusur goa itu sendiri ,tersebut ditimbulkan dari :
a.         Terpeleset/jatuh. Karena keadaan goa gelap gulita, sehingga terjadi kesulitan memprediksi goa. Untuk itu sebelum penelusuran perlu persiapan bener-benar matang mulai informasi, fisik, teknik, perlengkapan, logistic.
b.        Tenggelam Sering kali dijumpai sungai di dalam goa, untuk keadaan seperti ini penelusuran goa di wajibkan membawa pelampung.
c.         Tersesat
Bila memasuki goa panjang dan banyak cabangnya, harus berhati-hati dan dilakukan perlahan-lahan sambil sambil mengingat-ingat berikut lorong dilalui diberi tanda, untuk mencegah bahaya tersesat.
d.        Kedinginan
Untuk goa berair, dimana seorang penelusur goa selama beberapa jam harus berendam didalam air, hal ini biasanya disertai rasa lapar. Keadaan ini bila terus dibiarkan akan menyebabkan kedinginan akibat kurangnya kalori dalam tubuh. Untuk mencegah bahaya ini penelusur goa hendaknya membawa bekal cukup
e.         Salah dalam pembagian tim penelusuran
Bisa di sebabkan karena penempatan anggota tim tidak sesuai kemampuan serta beban tidak merata.
f.         Bahaya teknis peralatan


3.      Speleosentrisme
Bahaya dapat menimpa gua akibat dipergunakan sebagai media kegiatan penelusuran.
a. Pengaruh terhadap bentukan dalam gua
1)      Pengotoran lingkungan gua
2)      Perusakan ornamen gua
3)      Perusakan oleh penambangan dalam gua, dsb
b. Pengaruh terhadap ekosistem gua
c. Pengaruh terhadap ekosistem karst

Hal – hal perlu diingat :
a.       Kemana anda pergi memasuki gua, beritahukan kepada teman atau keluarga mengenai kapan anda akan pergi, lokasi ysang anda tuju dan kapan akan pulang.
b.      Empat orang dianggap jumlah minimal aman untuk menelusuri gua. Bila satu kecelakaan, satu
c.       menemani / merawat sedang dua mencari bantuan
d.      Alat dipakai / dibawa harus memadai serta paham penggunaannya
e.       Akal sehat, keterampilan, persiapan matang, perhitungan cepat dan tapat serta pengalaman, menjadi pegangan dalam penelusuran gua dan bukan adu nasib atau kenekatan.




BAB III
SELF RESCUE
A.    Penegrtian
Merupakan suatu tindakan penyelamatan dilakukan oleh anggota team penelusuran, apabila terjadi suatu kecelakaan pada satu anggota team di dalam goa. Sampai datangnya pertolongan dari luar. Seperti kasus bantuan dari luar tidak atau tidak dapat di hubungi. Tujuan dari self rescue meminimalisasi insiden dapat terjadi selama kegiatan penelusuran goa berlangsung.

Usaha ini dapat dilakukan deangan pertimbangan
1.      kondisi korban tidak memerlukan perlakuan khusus, sehingga mungkin bisa dilakukan evakuasi
a.     Gangguan umum telah dilakukan stabilisasi
b.     Terjadi luka dan pendarahan
c.     Patah tulang tidak mengganggu pergerakan
d.    Trouble di tengah lintasan
2.      Bahaya lain mungkin terjadi / kecelakaan susulan (Rock Fall, Banjir, dan gas)
3.      Peralatan bisa digunakan untuk melakukan evakuasi
4.      Tim mempunyai bekal cukup untuk melakukan evakuasi.

Peralatan sekiranya dibutuhkan :
1.      P3k
2.      Bahan makanan
3.      Kertas dan pena
4.      SRT
5.      Pulley minimal 2
6.      Drag Bar


B.     Teknik Self Rescue
Dalam melakukan Rescue hal paling utama adalah Prosedur keamanan (safety procedure) baik rescuer terlebih lagi korban. Perlu diperhatikan prinsip pemindahan beban.
Macam teknik dalam self rescue :
1.      Man To Man System
Sistem ini digunakan pada kasus korban blocking / mengalami kecelakaan di tengah lintasan tali. Sistem ini dikenal satu korban satu penolong, dilakukan apabila kita tidak memiliki peralatan tambahan / daya dukung gua tidak memadai.
a.       Penolong bergerak dari atas ke bawah
Kesulitan terjadi saat akan descending. Tali utama dalam keadaan tegang karena dibebani oleh korban. Untuk itu pemasangan tali ke descender tidak dalam keadaan normal. Selanjutnya adalah memindahkan beban korban dari tali utama ke tubuh rescuer selanjutnya membawa korban sesuai arah diinginkan (ascending / descending).
b.      Penolong bergerak dari bawah
c.       Penolong ascending biasa, kemudian melewati korban. Berikutnya memindahkan beban korban ke tubuh rescuer. Selanjutnya membawa korban sesuai arah diinginkan.
2.      Houling System
Sistem ini adalah sebuah instalasi biasa disebut instalasi Houling. Di gunakan untuk menarik korban ke atas. Terdiri dari : sebuah ascender, sebuah fix pulley, dan dua carabiner screw. Fix pulley digunakan untuk membelokkan arah penarikan, sedangkan ascender digunakan sebagai pengunci searah dari pergerakan tali.
3.      Counter Balance System
Dasar dari sistem ini adalah prinsip timbangan kearah atas dengan menggunakan berat dari rescuer / penolong. Instalasi dipakai dalam sistem ini adalah menggunakan perangkat houling.


D.    SRT (Single Rope Teknik)
Adalah suatu teknik untuk melintasi lintasan tali vertikal. Sering digunakan dalam penelusuran gua vertikal dengan segala variasi lintasan digunakan sesuai dengan kondisi medan. Keselamatan dan kenyamanan adalah prinsip utama dari teknik ini.
1.      Peralatan
a.       Seat Harnest. Digunakan untuk mengikat tubuh dipasang pada pinggang kaki. Macam seat harnest biasa dipakai :
1)      Avanty
2)      Croll
3)      Rapid
4)      Fractio
b.      Ascender. Digunakan untuk menaiki lintasan dengan menggunakan tali. Ascender dibedakan menjadi 2 :
1)      Hand Ascender : penggunaan dengan dipegang di tangan. Misal : Jummar.
2)      Chest Ascender : Digunakan dengan dipasang di dada. Macamnya :
a)      Croll
b)      Basic
c)      Shunt
d)     Gibs
3)      Descender. Digunakan untuk menuruni lintasan. Macamnya :
a)      Capstand, ada dua macam : Auto stop descender dan simple / non auto stop (bobin)
b)      Racks, ada dua macam : Open Racks dan close racks
4)      Mailon Rapid (MR). Ada tiga macam :
a)      Delta MR, digunakan untuk menyambung dua loop seat harnest.
b)      Semi Circulair. Secara fungsi sama dengan Delta MR
c)       Oval MR. Digunakan untuk menyambung chest ascender dengan Delta / Semi Circulair MR.
5)      Chest Harnest. Digunakan untuk mengikat chest ascender dengan dada. Dapat diganti dengan webing.
6)       Cowstail. Kegunaan sebagai pengaman saat akan mulai dan selesai melintasi lintasan tali atau berpindah lintasan. Cabang panjang digunakan untuk menghubungkan hand ascender dengan tubuh.
7)      Foot Loop. Digunakan sebagai pijakan kaki dan dihubungkan dengan ascender.
Beberapa sistem SRT lazim digunakan :
1.      Texas System
Menggunakan dua hand ascender dihubungkan dengan cowstail pendek di posisi bawah ditambah foot loop, sedang lain dilewatkan ke dalam penyambung chest harnest dan dipegang tangan.
2.      Rope Walker System
Menggunakan tiga buah Gibs, satu diikatkan di pundak, satu di tengah ditambah dengan foot loop dan satu lagi di bawah diikatkan langsung di kaki.
3.      Michele System
Seperti texas system hanya ditambah Chest Box pada Chest Harnest, dan ascender atas ditambah foot loop.
4.      Floating Cam System
Menggunakan hand ascender dihubungkan cowstail dan foot loop. Foot ascender dihubungkan cowstail dan diikatkan di kaki menggunakan chest harnest dan ascender atas ditambah foot loop.
5.      Jumar System
Menggunakan dua hand ascender dihubungkan dengan cowstail dan foot loop, dipegang di kedua tangan tali dilewatkan di penghubung chest harnest.
6.      Frog Rig System
7.      Sistem paling banyak digunakan karena paling mudah serta nyaman di tubuh. Terdiri dari satu hand ascender dihubungkan dengan foot loop, satu chest ascender.



BAB IV
PEMETAAN GUA (MAPPING)
A.    Pengertian
Suatu gambaran proyeksi dua dimensi dengan skala lebih kecil, dari suatu bidang tiga dimensi mempunyai batas-batas tertentu, Suatu gambaran proyeksi dengan skala lebih kecil dari suatu gua.
Manfaat Pemetan Gua
1.      Merupakan bukti otentik bagi penelusur gua sebagai penelusur pertama gua tersebut.
2.      Membantu para ahli dalam mempelajari biospeleologi, hidrologi, ataupun ilmu-ilmu lainnya
3.      Untuk mencari korelasi dengan gua – gua sekitarnya
4.      Untuk memudahkan dalm usaha pertolongan / rescue
5.      Kepentingan HANKAMNAS
6.      Di bidang pariwisata untuk memudahkan / menentukan perencanaan dalam pengembangan gua sebagai obyek wisata.
7.      Sebagai data rekaman keadaan gua saat itu.

B.     Peralatan digunakan
1.      Kompas, alat untuk mengetahui derajat perbedaan arah lorong / jalan terhadap arah utara.
2.      Clinometer, untuk mengetahui kemiringan lorong terhadap sumbu horizontal, dalam satuan derajat.
3.      Topofil / Roll Meter, untuk mengukur jarak tiap stasiun, lebar gua serta tinggi atap.
4.      Grade / Tingkatan Pemetaan
Ø  Grade 1, Hanya membuat sketsa dengan akurasi rendah, tanpa pengukuran.
Ø  Grade 2, Digunakan jika diperlukan,untuk menggambarkan perantaraan dalam akurasi antara Grade 1 & grade 3
Ø  Grade 3,
Survei magnetik kasar. Sudut horizontal dan sudut vertikal diukur dengan peraltan, derajat kesalahan + 2,5 0. Alat ukur jarak dengan kesalahan + 50 cm, kesalahan posisi stasiun kurang dari 50 cm.
Ø  Grade 4, Dapat digunakan jika diperlukan, untuk menggambarkan survei tidak sampai grade 5, tetapi lebih akurat dari grade 3.
Ø  Grade 5, Survei dengan peralatan magnetik. Akurasi sudut horizontaldan vertikal + 10. Akurasi
pengukuran jarak + 10 cm. Kesalahan posisi stasiun kurang dari 10 cm.
Ø  Grade 6, Survei dilakukan dengan lebih akurat dari grade 5.
Ø  Grade X, Survei berdasarkan diutamakan menggunakan theodolite dengan sebagai pengganti kompas.
5.      Metode pengambilan data
Ada dua metode pengukuran :
a.       Forward Method
Dimana surveyor dan pencatat berjalan berurutan (depan belakang) sampai stasiun terakhir
b.      Leapfrog Method
Surveyor dan pencatat saling bergantian depan belakang (seperti lompat katak). Metode ini lebih teliti daripada metode di atas. Dan ada dua sistem pemetaan gua berdasarkan arah survei :
1.      Top To Bottom
Pengukuran dimulai dari entrance sampai ujung lorong/ dasar gua atau sampai stasiun terakhir
2.      Bottom To Top
Pengukuran dari ujung / dasar gua sampai ke entrance. Jadi merupakan kebalikan dari sistem di atas.
6.      Langkah – Langkah Dalam Pembuatan Peta
a.       Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data, idealnya dilakukan oleh 4 orang, dengan pembagian tugas :
1)      Orang pertama sebagai leader bertugas menentukan titik stasiun setelah mempelajari bentukan lorong serta memasang lintasan (rigging man) pada lintasan vertikal.
2)      Orang kedua lazim disebut stasioner sebagai stasiun pengukuran & pembawa ujung meteran.
3)       Orang Ketiga atau Shooter. Bertugas sebagai pembaca alat – alat ukur (klinometer, kompas dan meteran). Tinggi badan antar shooter dengan stasioner harus sama dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitiandalam pengukuran elevasi.
4)      Orang keempat (Descriptor). Sebagai pencatat semua data pengukuran lapangan serta membuat sketsa lorong selama perjalanan.
Data-data diambil :
1.        Sudut Clinometer : untuk mengetahui elevasi / sudut kemiringan lantai gua.
2.        Sudut Kompas : untuk mengetahui arah lorong dan arah utama kompas.
3.        Jarak miring : jarak antar stasiun pengukuran
4.         Jarak kiri – kanan : jarak dinding kiridan kanan tiap stasiun pengukuran diukur dari stasioner.
5.        Tinggi atap : tinggi atap pada setiap stasiun pengukuran
6.        Cross section : penampakan lorong gua
7.        Sketsa lorong : sketsa lorong, dibuat sesuai dengan arah kompas, diisi dengan keterangan-keterangan  tidak dapat masuk dalam worksheet (kertas kerja). Misal : simbol-simbol kondisi gua, ornamen, air dan lumpur.
b.      Penggambaran Peta
Peta gua dapat digambarkan sebagai :
1.      Plan section : Peta gua tampak atas
2.      Extended section : Peta gua tampak samping tanpa proyeksi
3.      Projected section : Peta gua tampak samping diproyeksikan dari plan section.
4.      Peta gua tiga dimensi

1 komentar:

  1. blog ny diupload pas gue ultah, gini aja buat gue senyum sendiri. thank u penulis blog

    BalasHapus