BAB I
SPELEOLOGI
A.
Penertin Speologi
Speleologi adalah ilmu mempelajari goa-goa.
Berasal dari bahasa Yunani, SPELAION = Goa dan LOGOS = Ilmu. Namun karena goa
merupakan suatu bentukan alam tidak berdiri sendiri dan dipengaruhi oleh faktor
struktur alam melingkupinya, maka speleologi adalah ilmu mempelajari goa dan
lingkungannya.
Ilmu terkait dengan Speleologi :
1.
Geologi : Speleogenesis, Hidrogeologi, Struktur
Geologi.
2.
Geografi : Morfologi karst, Hidrologi
permukaan.
3.
Arkeologi : Penelitian Fosil, Prasejarah.
4.
Biologi : Biospeleologi, Palinologi.
5.
Kehutanan : Covered Karst, Hutan Kawasan karst
6.
Pertanian : Pertanian karst, Irigasi tetes,
Vertikultur.
7.
Pariwisata : Wisata umum, Wisata minat khusus,
Ekosistem.
8.
Teknik sipil : Pemetaan goa, Konstruksi
bangunan di kawasan karst.
9.
Sosial, Ekonomi, Budaya, kesenian.
Kegiatan Alam bebas dalam Speleologi:
1.
Mountainering : Tracking, packing, Peta Kompas.
2.
Panjat Tebing : Climbing in the dark, Rigging.
3.
Arung jeram : Black water rafting, canoing
Swimming, Diving
4.
Gantole, Paragliding : Pelacakan mulut
goa/luweng dari udara
5.
Canoeing : Rapling di air terjun
6.
Vertikal rescue : Self rescue,
Jenis
gua:
a.
Gua Lava : terbentuk akibat pergeseran
permukaan tanah akibat gejala keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh
karena terbentuk dari batuan muda (endapan lahar) dan tidak memiliki ornamen
batuan khas
b.
Gua Litoral : sesuai namanya terdapat di daerah
pantai, palung laut ataupun di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan
air laut (abrasi)
c.
Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena
bentukan gua terbesar (70 % dari seluruh gua di seluruh dunia). Terbentuk
akibat peristiwa karst (pelarutan batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga
tercipta lorong-lorong dan bentukan batuan sangat menarik akibat proses
kristalisasi dan pelarutan gamping. Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia
adalah terbesar di dunia.
d.
Gua pasir, gua batu halit, gua es, dsb : adalah
bentukan gua sangat jarang dijumpai di dunia. Hanya meliputi 5% dari seluruh
jumlah gua di dunia.
Bentuk Gua
a.
Gua Horisontal
Gua bentukan lorongnya relative mendatar, dalam
artian dapat ditelusuri dengan teknik horizontal cave seperti crawling,
squeezing, dsb.
b.
Gua Vertikal
Gua dengan entrance / mulut gua berbentuk
tegak, sehingga dalam penelusurannya diperlukan alat Bantu.
c.
Gua bawah air
Gua sebagian lorongnya dipenuhi air, sehingga
dalam penelusurannya diperlukan alat diving (selam)
d.
Gua merupakan gabungan dari dua atau tiga macam
gua di atas
B.
Teknik penelusuran gua
1.
Medan Horizontal
Medan gua
horizontal sangat bervariasi, mulai pada lorong – lorong dapat dengan mudah
ditelusuri, sampai lorong membutuhkan teknik khusus untuk dapat melewatinya.
a.
Lumpur
Lorong berlumpur dapat dengan mudah kalau
lumpur tersebut tidak terlalu tebal. Jika setinggi lutut bahkan sampai perut,
untuk melewatinya kita bergerak dengan posisi seperti berenang, agar mudah
bergerak dan hemat tenaga.
b.
Air
Untuk kondisi gua berair, terutama untuk gua
belum pernah dimasuki kita tidak mengetahui kedalaman air dan kondisi bawah
air, untuk itu kita harus mengetahui kedalaman dan kondisi bawah air, untuk itu
kita harus mengetahui prosedur dan mempunyai fasilitas pendukung.
Syarat utama untuk melewati lorong berair
adalah harus bisa berenang. Tetapi dengan kondisi lorong serba terbatas, teknik
berenang dalam gua berbeda dengan berenang di luar gua. Karena di sini kita
memakai pakaian lengkap, sepatu boot bahkan mungkin membawa beban cukup berat.
Pembagian team juga harus disesuaikan. Leader
tidak boleh membawa beban berat, karena membuat lintasan dan mempelajari
kondisi medan. Dalam kondisi tertentu kita menggunakan pelampung bahkan perahu
karet terutama untuk lorong panjang dan berair dalam.
Ada juga lorong hampir semua dipenuhi air dan
hanya ada sedikit ruangan tersisa. Untuk melewatinya kita harus melakukan
Ducking (menengadah).
Berbagai macam teknik penelusuran gua
horizontal (TPGH):
a.
Duck Walking yaitu jalan jongkok dengan satu
tangan dijulurkan ke depan.
b.
Crawling yaitu bayi merangkak
c.
Belly crawling yaitu merangkak,seluruh badan
menempel ke tanah
d.
Crouching yaitu jalan jongkok.
e.
Squeezing yaitu merayap dengan lorong sempit
f.
Bear Walking yaitu mirip posisi merangkak hanya
saja posisi kaki lurus
2.
Medan Vertikal
Dalam
penelusuran gua terkadang kita menjumpai lorong terletak di atas kita. Atau
bahkan entrance / mulut gua berupa sumuran. Untuk dapat meneruskan penelusuran
kita perlu menggunakan teknik-teknik Climbing. Seperti penggunaan pengaman
sisip dan bor tebing untuk membuat lintasan. membuat lintasan adalah Leader /
Rigging man kemudian anggota lain melewatinya dengan menggunakan SRT. Untuk
melakukan free climbing dilakukan pada kondisi medan seperti ;
a.
Aliran air deras dan kita tidak mengetahui
kedalamannya
b.
Gua berbentuk celah dan menyempit pada bagian
dasarnya (crack)
c.
Sungai besar atau danau dalam
d.
Pemasangan lintasan pada air terjun
e.
Melewati Calcite Floor
Ornamen – Ornamen dalam gua :
1.
Stalagtit dan stalagmit : disebut juga batu
tetes. Stalakmit merupakan batu tetes tergantung pada langit-langit gua
sedangkan stalagmit adalah hasil dari tetesan ytang
berada di lantai gua.
2.
Rimestone pool / Gourdam : Merupakan bentuk
kolam bertingkat – tingkat. Terbentuk karena pengendapan kalsit di lantai gua
pada aliran air tenang selama terus menerus.
3.
Helictites dan Heligmite : Ornamen bercabang –
cabang. Proses pembentukannya dipengaruhi oleh angin dan tekanan udara dalam
gua.
4.
Pilar : Penyatuan antara stalaktit dan
stalagmite
5.
Canopy : ornamen berbentuk melebar menjari
mirip potongan payung. Terbentuk pada dinding gua karena adanya tonjolan .
6.
Calcite Floor : Terbentuk karena genangan air
mengandung larutan kalsium karbonat kemudian menguap, sehingfa kalsium tesebut
terkristalkan dan membentuk lantai kalsit.
7.
Mutiara gua : terbentuk dari pengkristalan
larutan kalsium karbonat, berbentuk seperti mutiara berwarna putih agak bening.
8.
Draperies : Terbentuk karena endapan kalsium
karbonat dari aliran air pada sudut antara atap dan dinding gua.
9.
Soda Straw : Seperti stalaktit (tergantung pada
atap gua), tetapi lebih kecil dan biasanya berkelompok.
10. Flowstone :
batuan ada aliran air. Sehingga ada endapan kalsium karbonat membentuk aliran
air.
C.
Perlengkapan dan Peralatan penelusur gua :
1.
Perlengkapan Standar pribadi penelusur gua :
a.
Alat penerangan : elektrik (head lamp, senter),
karbite, lilin
b.
Helm Caving
c.
Cover all / Wearpack
d.
Sepatu boot
e.
Day pack / dry bag / tackle bag
2.
Perlengkapan kelompok :
a.
Logistik / makanan
b.
Peralatan masak
c.
Peralatan PPGD
d.
Dokumentasi.
BAB II
MANAJEMEN PENELUSURAN GUA
A.
Pengertin
Manajemen
penelusuran gua adalah perencanaan kegiatan penelusuran gua baik jangka panjang
ataupun pendek.
Hal – hal Harus Diperhatikan Sebelum
Penelusuran
1.
Mempelajari Lingkungan Lokasi Goa
2.
Mengumpulkan Informasi Lisan keadaan Lingkungan
Goa
3.
Perijinan
4.
Transportasi
5.
Jumlah personel
6.
Keuangan dan Waktu Dibutuhkan
7.
Peralatan dan Perlengkapan
8.
Konsumsi.
9.
Keharusan Mutlak Penelusuran
a.
Meninggalkan pesan kepada di kantor/sekretariatan
berisikan
1)
Lokasi goa dan kondisi goa.
2)
Jumlah personel akan berangkat
3)
Lama penelusuran, kapan berangkat dan kapan
akan pulang.
b.
Melaporkan kepada Lurah/dukuh ataupun juru
kunci goa
Hal-Hal perlu
diperhatikan Dalam Pelaksanaan
1)
Pembagian Kerja Dalam penelusuran
2)
Packing Peralatan
3)
Packing Perlengkapan
4)
Konsumsi
5)
Teknis Penelusuran
B.
Jenis dan Tujuan kegiatan Penelusuran Goa
Pembagian tugas
dan wewenang dalam Penelusuran dibagi sesuai dengan jenis dan Tujuan kegiatan
penelusuran, yaitu :
1.
Penelusuran biasa
a.
Rigging, Leader
b.
Transport barang
c.
Cleaning
2.
Pemetaan Goa
a.
Rigging
b.
Leader
c.
Mapping
1)
Leader: Sebagai surveyor
2)
Shooter : kompas, klino, meteran
3)
Stasioner : ujung meteran
4)
Pencatat data
5)
Deskriptioner
d.
Cleaning
3.
Fotografi Goa
a.
Rigging, Leader
b.
Fotografer
c.
Pemegang blitz
d.
Cleaning
4.
Penelitian Goa
Pembagian tugas dalam kegiatan penelitian,
tergantung akan jenis penelitiannya.
1)
Rigging, Leader
2)
Pembagian sampel
3)
Cleaning
Hal-Hal Harus Diperhatikan Sesudah Penelusuran\
1.
Checking Peralatan
2.
Perawatan Peralatan
3.
Evaluasi Kegiatan
4.
Pebuatan laporan kegiatan
C.
Bahaya-Bahaya Penelusuran Goa
Bahaya
penelusuran goa dibagi dalam dua faktor, yaitu bahaya bagi penelusurannya dan
bagi goa itu sendiri. (Antroposentris dan Speleosentris)
1.
Antroposentris
Bahaya diakibatkan kecerobohan atau kealfaan
penelusur goa itu sendiri ,tersebut ditimbulkan dari :
a.
Terpeleset/jatuh. Karena keadaan goa gelap
gulita, sehingga terjadi kesulitan memprediksi goa. Untuk itu sebelum
penelusuran perlu persiapan bener-benar matang mulai informasi, fisik, teknik,
perlengkapan, logistic.
b.
Tenggelam Sering kali dijumpai sungai di dalam
goa, untuk keadaan seperti ini penelusuran goa di wajibkan membawa pelampung.
c.
Tersesat
Bila memasuki goa panjang dan banyak cabangnya, harus berhati-hati dan dilakukan perlahan-lahan sambil sambil mengingat-ingat berikut lorong dilalui diberi tanda, untuk mencegah bahaya tersesat.
Bila memasuki goa panjang dan banyak cabangnya, harus berhati-hati dan dilakukan perlahan-lahan sambil sambil mengingat-ingat berikut lorong dilalui diberi tanda, untuk mencegah bahaya tersesat.
d.
Kedinginan
Untuk goa
berair, dimana seorang penelusur goa selama beberapa jam harus berendam didalam
air, hal ini biasanya disertai rasa lapar. Keadaan ini bila terus dibiarkan
akan menyebabkan kedinginan akibat kurangnya kalori dalam tubuh. Untuk mencegah
bahaya ini penelusur goa hendaknya membawa bekal cukup
e.
Salah dalam pembagian tim penelusuran
Bisa di
sebabkan karena penempatan anggota tim tidak sesuai kemampuan serta beban tidak
merata.
f.
Bahaya teknis peralatan
3.
Speleosentrisme
Bahaya dapat menimpa gua akibat dipergunakan
sebagai media kegiatan penelusuran.
a. Pengaruh terhadap bentukan dalam gua
a. Pengaruh terhadap bentukan dalam gua
1)
Pengotoran lingkungan gua
2)
Perusakan ornamen gua
3)
Perusakan oleh penambangan dalam gua, dsb
b. Pengaruh terhadap ekosistem gua
c. Pengaruh terhadap ekosistem karst
Hal – hal perlu diingat :
a.
Kemana anda pergi memasuki gua, beritahukan
kepada teman atau keluarga mengenai kapan anda akan pergi, lokasi ysang anda
tuju dan kapan akan pulang.
b.
Empat orang dianggap jumlah minimal aman untuk
menelusuri gua. Bila satu kecelakaan, satu
c.
menemani / merawat sedang dua mencari bantuan
d.
Alat dipakai / dibawa harus memadai serta paham
penggunaannya
e.
Akal sehat, keterampilan, persiapan matang,
perhitungan cepat dan tapat serta pengalaman, menjadi pegangan dalam
penelusuran gua dan bukan adu nasib atau kenekatan.
BAB III
SELF RESCUE
A.
Penegrtian
Merupakan suatu
tindakan penyelamatan dilakukan oleh anggota team penelusuran, apabila terjadi
suatu kecelakaan pada satu anggota team di dalam goa. Sampai datangnya
pertolongan dari luar. Seperti kasus bantuan dari luar tidak atau tidak dapat
di hubungi. Tujuan dari self rescue meminimalisasi insiden dapat terjadi selama
kegiatan penelusuran goa berlangsung.
Usaha ini dapat dilakukan deangan pertimbangan
1.
kondisi korban tidak memerlukan perlakuan
khusus, sehingga mungkin bisa dilakukan evakuasi
a.
Gangguan umum telah dilakukan stabilisasi
b.
Terjadi luka dan pendarahan
c.
Patah tulang tidak mengganggu pergerakan
d.
Trouble di tengah lintasan
2.
Bahaya lain mungkin terjadi / kecelakaan susulan
(Rock Fall, Banjir, dan gas)
3.
Peralatan bisa digunakan untuk melakukan
evakuasi
4.
Tim mempunyai bekal cukup untuk melakukan
evakuasi.
Peralatan sekiranya dibutuhkan :
1.
P3k
2.
Bahan makanan
3.
Kertas dan pena
4.
SRT
5.
Pulley minimal 2
6.
Drag Bar
B.
Teknik Self Rescue
Dalam melakukan
Rescue hal paling utama adalah Prosedur keamanan (safety procedure) baik
rescuer terlebih lagi korban. Perlu diperhatikan prinsip pemindahan beban.
Macam teknik dalam self rescue :
Macam teknik dalam self rescue :
1.
Man To Man System
Sistem ini digunakan pada kasus korban blocking
/ mengalami kecelakaan di tengah lintasan tali. Sistem ini dikenal satu korban
satu penolong, dilakukan apabila kita tidak memiliki peralatan tambahan / daya
dukung gua tidak memadai.
a.
Penolong bergerak dari atas ke bawah
Kesulitan
terjadi saat akan descending. Tali utama dalam keadaan tegang karena dibebani
oleh korban. Untuk itu pemasangan tali ke descender tidak dalam keadaan normal.
Selanjutnya adalah memindahkan beban korban dari tali utama ke tubuh rescuer
selanjutnya membawa korban sesuai arah diinginkan (ascending / descending).
b.
Penolong bergerak dari bawah
c.
Penolong ascending biasa, kemudian melewati
korban. Berikutnya memindahkan beban korban ke tubuh rescuer. Selanjutnya
membawa korban sesuai arah diinginkan.
2.
Houling System
Sistem ini adalah sebuah instalasi biasa
disebut instalasi Houling. Di gunakan untuk menarik korban ke atas. Terdiri
dari : sebuah ascender, sebuah fix pulley, dan dua carabiner screw. Fix pulley
digunakan untuk membelokkan arah penarikan, sedangkan ascender digunakan
sebagai pengunci searah dari pergerakan tali.
3.
Counter Balance System
Dasar dari sistem ini adalah prinsip timbangan
kearah atas dengan menggunakan berat dari rescuer / penolong. Instalasi dipakai
dalam sistem ini adalah menggunakan perangkat houling.
D.
SRT (Single Rope Teknik)
Adalah suatu
teknik untuk melintasi lintasan tali vertikal. Sering digunakan dalam
penelusuran gua vertikal dengan segala variasi lintasan digunakan sesuai dengan
kondisi medan. Keselamatan dan kenyamanan adalah prinsip utama dari teknik ini.
1.
Peralatan
a.
Seat Harnest. Digunakan untuk mengikat tubuh
dipasang pada pinggang kaki. Macam seat harnest biasa dipakai :
1)
Avanty
2)
Croll
3)
Rapid
4)
Fractio
b.
Ascender. Digunakan untuk menaiki lintasan
dengan menggunakan tali. Ascender dibedakan menjadi 2 :
1)
Hand Ascender : penggunaan dengan dipegang di
tangan. Misal : Jummar.
2)
Chest Ascender : Digunakan dengan dipasang di
dada. Macamnya :
a)
Croll
b)
Basic
c)
Shunt
d)
Gibs
3)
Descender. Digunakan untuk menuruni lintasan.
Macamnya :
a)
Capstand, ada dua macam : Auto stop descender
dan simple / non auto stop (bobin)
b)
Racks, ada dua macam : Open Racks dan close racks
4)
Mailon Rapid (MR). Ada tiga macam :
a)
Delta MR, digunakan untuk menyambung dua loop
seat harnest.
b)
Semi Circulair. Secara fungsi sama dengan Delta
MR
c)
Oval MR.
Digunakan untuk menyambung chest ascender dengan Delta / Semi Circulair MR.
5)
Chest Harnest. Digunakan untuk mengikat chest
ascender dengan dada. Dapat diganti dengan webing.
6)
Cowstail. Kegunaan sebagai pengaman saat akan
mulai dan selesai melintasi lintasan tali atau berpindah lintasan. Cabang
panjang digunakan untuk menghubungkan hand ascender dengan tubuh.
7)
Foot Loop. Digunakan sebagai pijakan kaki dan
dihubungkan dengan ascender.
Beberapa sistem SRT lazim digunakan :
1.
Texas System
Menggunakan dua hand ascender dihubungkan
dengan cowstail pendek di posisi bawah ditambah foot loop, sedang lain
dilewatkan ke dalam penyambung chest harnest dan dipegang tangan.
2.
Rope Walker System
Menggunakan tiga buah Gibs, satu diikatkan di pundak,
satu di tengah ditambah dengan foot loop dan satu lagi di bawah diikatkan
langsung di kaki.
3.
Michele System
Seperti texas system hanya ditambah Chest Box pada Chest Harnest, dan ascender atas ditambah foot loop.
Seperti texas system hanya ditambah Chest Box pada Chest Harnest, dan ascender atas ditambah foot loop.
4.
Floating Cam System
Menggunakan hand ascender dihubungkan cowstail dan foot loop. Foot ascender dihubungkan cowstail dan diikatkan di kaki menggunakan chest harnest dan ascender atas ditambah foot loop.
Menggunakan hand ascender dihubungkan cowstail dan foot loop. Foot ascender dihubungkan cowstail dan diikatkan di kaki menggunakan chest harnest dan ascender atas ditambah foot loop.
5.
Jumar System
Menggunakan dua hand ascender dihubungkan
dengan cowstail dan foot loop, dipegang di kedua tangan tali dilewatkan di
penghubung chest harnest.
6.
Frog Rig System
7.
Sistem paling banyak digunakan karena paling
mudah serta nyaman di tubuh. Terdiri dari satu hand ascender dihubungkan dengan
foot loop, satu chest ascender.
BAB IV
PEMETAAN GUA (MAPPING)
A.
Pengertian
Suatu gambaran
proyeksi dua dimensi dengan skala lebih kecil, dari suatu bidang tiga dimensi mempunyai
batas-batas tertentu, Suatu gambaran proyeksi dengan skala lebih kecil dari
suatu gua.
Manfaat Pemetan Gua
1.
Merupakan bukti otentik bagi penelusur gua
sebagai penelusur pertama gua tersebut.
2.
Membantu para ahli dalam mempelajari
biospeleologi, hidrologi, ataupun ilmu-ilmu lainnya
3.
Untuk mencari korelasi dengan gua – gua
sekitarnya
4.
Untuk memudahkan dalm usaha pertolongan /
rescue
5.
Kepentingan HANKAMNAS
6.
Di bidang pariwisata untuk memudahkan /
menentukan perencanaan dalam pengembangan gua sebagai obyek wisata.
7.
Sebagai data rekaman keadaan gua saat itu.
B.
Peralatan digunakan
1.
Kompas, alat untuk mengetahui derajat perbedaan
arah lorong / jalan terhadap arah utara.
2.
Clinometer, untuk mengetahui kemiringan lorong
terhadap sumbu horizontal, dalam satuan derajat.
3.
Topofil / Roll Meter, untuk mengukur jarak tiap
stasiun, lebar gua serta tinggi atap.
4.
Grade / Tingkatan Pemetaan
Ø Grade 1, Hanya
membuat sketsa dengan akurasi rendah, tanpa pengukuran.
Ø Grade 2, Digunakan
jika diperlukan,untuk menggambarkan perantaraan dalam akurasi antara Grade 1
& grade 3
Ø Grade 3,
Survei magnetik kasar. Sudut horizontal dan
sudut vertikal diukur dengan peraltan, derajat kesalahan + 2,5 0. Alat ukur
jarak dengan kesalahan + 50 cm, kesalahan posisi stasiun kurang dari 50 cm.
Ø Grade 4, Dapat
digunakan jika diperlukan, untuk menggambarkan survei tidak sampai grade 5, tetapi
lebih akurat dari grade 3.
Ø Grade 5, Survei
dengan peralatan magnetik. Akurasi sudut horizontaldan vertikal + 10. Akurasi
pengukuran jarak + 10 cm. Kesalahan posisi
stasiun kurang dari 10 cm.
Ø Grade 6, Survei
dilakukan dengan lebih akurat dari grade 5.
Ø Grade X, Survei
berdasarkan diutamakan menggunakan theodolite dengan sebagai pengganti kompas.
5.
Metode pengambilan data
Ada dua metode pengukuran :
a.
Forward Method
Dimana surveyor dan pencatat berjalan berurutan
(depan belakang) sampai stasiun terakhir
b.
Leapfrog Method
Surveyor dan pencatat saling bergantian depan
belakang (seperti lompat katak). Metode ini lebih teliti daripada metode di
atas. Dan ada dua sistem pemetaan gua berdasarkan arah survei :
1.
Top To Bottom
Pengukuran dimulai dari entrance sampai ujung
lorong/ dasar gua atau sampai stasiun terakhir
2.
Bottom To Top
Pengukuran dari ujung / dasar gua sampai ke
entrance. Jadi merupakan kebalikan dari sistem di atas.
6.
Langkah – Langkah Dalam Pembuatan Peta
a.
Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data, idealnya dilakukan oleh
4 orang, dengan pembagian tugas :
1)
Orang pertama sebagai leader bertugas
menentukan titik stasiun setelah mempelajari bentukan lorong serta memasang
lintasan (rigging man) pada lintasan vertikal.
2)
Orang kedua lazim disebut stasioner sebagai
stasiun pengukuran & pembawa ujung meteran.
3)
Orang
Ketiga atau Shooter. Bertugas sebagai pembaca alat – alat ukur (klinometer,
kompas dan meteran). Tinggi badan antar shooter dengan stasioner harus sama
dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitiandalam pengukuran elevasi.
4)
Orang keempat (Descriptor). Sebagai pencatat
semua data pengukuran lapangan serta membuat sketsa lorong selama perjalanan.
Data-data diambil :
1.
Sudut Clinometer : untuk mengetahui elevasi / sudut
kemiringan lantai gua.
2.
Sudut Kompas : untuk mengetahui arah lorong dan
arah utama kompas.
3.
Jarak miring : jarak antar stasiun pengukuran
4.
Jarak
kiri – kanan : jarak dinding kiridan kanan tiap stasiun pengukuran diukur dari
stasioner.
5.
Tinggi atap : tinggi atap pada setiap stasiun
pengukuran
6.
Cross section : penampakan lorong gua
7.
Sketsa lorong : sketsa lorong, dibuat sesuai
dengan arah kompas, diisi dengan keterangan-keterangan tidak dapat masuk dalam worksheet (kertas
kerja). Misal : simbol-simbol kondisi gua, ornamen, air dan lumpur.
b.
Penggambaran Peta
Peta gua dapat digambarkan sebagai :
1.
Plan section : Peta gua tampak atas
2.
Extended section : Peta gua tampak samping
tanpa proyeksi
3.
Projected section : Peta gua tampak samping
diproyeksikan dari plan section.
4.
Peta gua tiga dimensi
blog ny diupload pas gue ultah, gini aja buat gue senyum sendiri. thank u penulis blog
BalasHapus